Dewasa ini, istilah Knowledge Management atau KM beredar di berbagai pelosok organisasi dan bilik-bilik korporat serta sekolahan. KM menjadi simbol kecanggihan manajemen perusahaan. Sementara, perusahaan lain melihatnya sebagai praktik yang sulit. Ada perusahaan dan para anggotanya yang melihat KM hanya sekadar-sebatas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kenyataan menunjukkan bahwa KM tidak semata TIK. Betul, KM membutuhkan TIK, tetapi TIK bukan segalanya.
Hasil riset menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan KM dalam perusahaan sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor di luar TIK, antara lain: kepemimpinan yang memberdayakan, kreativitas, kolaborasi, emosi-emosi positif dalam organisasi, pikiran-pikiran positif dalam organisasi, desain organisasi yang fleksibel-adaptif, kemampuan organisasi menyatukan bagian-bagian dalam organisasi yang berbeda dan cenderung konfliktual, dan kemampuan organisasi memadu logika-rasio dan intuisi, analisis dan sintesis.
Membuat faktor-faktor penting tersebut ada dalam organisasi memerlukan kepemimpinan semua anggota organisasi dan pemimpin holistik, yang mengandalkan atau memanfaatkan kekuatan otak kiri dan kanan, bila kita memakai metafora otak. Analogi ini pun mengandaikan bahwa organisasi-organisasi KM adalah organisasi-organisasi pembelajar. Dan, para anggota organisasi KM adalah orang-orang pembelajar.
Pembelajar yang dimaksud di sini adalah para pembelajar di luar “pagar sekolahan,” para pembelajar yang tidak terkungkung atau mengungkung diri mereka dalam rutinitas organisasi.… Mereka keluar dari dirinya, belajar dari dinamika masyarakat dan organisasi-organisasi lain yang ada di luar organisasi mereka, mengendapkan, merefleksi, melakukan kegiatan-kegiatan penciptaan nilai dalam organisasi yang berdampak luas.
Tren KM dan manajemen KM yang ideal ini sudah pula menyentuh dunia sekolahan atau dunia pendidikan, walau belum semua sekolahan menerapkannya. Dengan prinsip NONE OF US IS AS SMART AS ALL OF US (tidak seorang pun dari kita sepandai semua dari kita), praktik KM menjanjikan terciptanya, terdifusinya, dan tergunakannya pengetahuan atau aset intelektual baik yang tidak nyata (tacit) maupun yang eksplisit dalam organisasi dan sosietas. Realisasinya membutuhkan kerja sama banyak pihak dalam nuansa kreativitas sosial, yang lagi-lagi membutuhkan paduan mesra otak kiri dan kanan, bahwa hasil-hasil kreativitas berkat praktik KM perlu ditindaklanjuti sampai membuahkan output. Misalnya dalam bentuk produk, barang atau jasa yang bermanfaat bagi kehidupan, atau dalam bentuk peraturan-peraturan yang kondusif bagi kehidupan berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara.
Catatan untuk dunia sekolahan dewasa ini, penerapan metode mengajar-belajar yang partisipatif dan emansipatif di antara para pesertanya yang memungkinkan tumbuh-kembangnya pengetahuan dan pengalaman baru membuat para pelajar menjadi pembelajar-pembelajar (pelajar seumur hidup walaupun sudah keluar dari dinding-dinding sekolahan). Menjadi pembelajar kehidupan, sarjana-sarjana kehidupan yang tak henti berbagi pengetahuan, menghasilkan pengetahuan, memanfaatkan pengetahuan, dan seterusnya. Semakin pengetahuan dibagi dan terbagi, semakin pengetahuan itu tak pernah habis![
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment